Monday, January 13, 2014

Puisi "Hina"

Hina
oleh: Fadhilah Basri
Aku salah dan aku akui
Tapi risau menggelora
Denting hatiku
Menyebar menantangku
Sakit! Sakit!

Di palung kegelapan
Kudengar gema menulikan
Menggemparkan jiwaku
Bergejolak pasrah
Malam merindu

Puisi "Muara"

Muara
oleh: Fadhilah Basri
Bulir demi bulir menyeruak
Membelaiku mesra
Getar hatiku
Takut, malu, gusar!
Oh tidak, aku belum siap

Langkah gila itu
Membawaku lari
Hinggaku tak bersua
Tepat di ujung jalan
Kutemukan segores pelangi

Puisi "Gradasi"

Gradasi
oleh: Fadhilah Basri
Aku baru tahu
Oksigenku kecewa
Kuhirup setiap saat
Hingga jantungku hancur
Rusak! lenyap!

Sebentar lagi aku mati
Aku tak sanggup
Takdirku terlalu buruk
Kutelan pahit itu bulat-bulat
Layaknya pil kejam

Cerpen "Kedai Tua"

“aku tunggu kamu disini. Jangan telat.” Sms terkirim dan aku kembali menunggu. Kuseruput lagi Vanilla coffee favoritku yang sejak tadi setia bersamaku. Kata orang, setiap insan pasti memiliki masalah dan itu benar. Tapi masalah yang menyelimuti seseorang itu berbeda-beda, ada orang yang sampai-sampai sulit bernafas karena masalahnya tetapi adapula yang masih bisa berleha-leha dengan balutan masalahnya.  Tetapi soal respon seseorang tentang kata “masalah” itu sendiri juga bisa dikatakan sangat bervariasi. Namun, bolehkah kita lari dari suatu masalah? Aku rasa boleh. Aku bahkan sedang melarikan masalahku dengan secangkir minuman pahit yang biasa orang sebut sebagai kopi. Mungkin kalian bertanya, “memangnya kopi yang kamu minum bisa menghilangkan masalah kamu?.” Memang sulit memaksa secangkir minuman panas itu untuk menyelesaikan sebuah masalah tapi menurutku kopi bisa dijadikan penghibur dikala stress itu datang. Kalian nggak percaya? Boleh dicoba dan dibuktikan kok.