Hidup
Tak Semudah yang Dibayangkan
Oleh:
Fadhilah
Judul :
Padang Bulan
Penerbit :
Bentang Pustaka
Tebal buku :
+310 Halaman; 20,5 cm.
Andrea Hirata adalah seorang penulis buku fenomenal
yang cukup terkenal di Indonesia lewat novel pertamanya yaitu Laskar pelangi
yang diterbitkan 2006 silam. Novel tersebut bahkan telah beredar jutaan copy baik dalam bentuk bahasa Indonesia
maupun dalam bentuk bahasa inggrisnya. Andrea Hirata tak hanya terkenal dan
mendapat banyak penghargaan di Indonesia saja, namun ia juga mendapatkan banyak
penghargaan dan apresiasi dari luar negeri karena kepiawaiannya dalam membawa
pembaca tenggelam dalam cerita yang ia tulis. Selain novel pertama dari
tetralogi Laskar Pelangi, novel-novel lain yang telah ia tulis adalah novel
kedua, ketiga dan keempat dari tetralogi Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi,
Edensor, dan Maryamah Karpov.
Setelah tuntas menyelesaikan keempat novel fenomenal
diatas, Andrea pun telah menyelesaikan lagi novel dwilogi Padang Bulan-nya yaitu Padang
Bulan dan Cinta di Dalam Gelas yang juga tak kalah fenomenal dari
novel-novel sebelumnya. Buku-buku yang ditulis Pria kelahiran Pulau Belitung, 24 Oktober
1982 ini selalu menjadi buku Mega bestseller di Indonesia
sehingga tak heran banyak yang mengaguminya dan memburu novel karya tulisannya
untuk dibaca bahkan tak jarang juga dijadikan sebagai koleksi bacaan dirumah.
Novel Padang
Bulan ini diawali oleh kisah cinta suci Zamzani dan Syalimah. Mereka adalah
kedua orang tua Enong yang bertemu waktu pengajian ketika mereka masih remaja.
Zamzani adalah seorang lelaki penyayang yang sangat mencintai istri dan
anak-anaknya. Ia bekerja sebagai pendulang timah. Anak sulung mereka bernama
Enong. Walaupun tergolong murid yang cerdas di segala pelajaran, namun Enong
begitu gemar akan pelajaran bahasa inggris dan selalu antusias ketika jam
pelajaran itu tiba. Hal itulah yang mendorongnya bercita-cita mulia seperti bu
Nizam yaitu menjadi seorang guru bahasa inggris. Dia juga memiliki beberapa
teman dekat yang ternyata memiliki kegemaran yang serupa dan selalu berbicara
tentang bahasa inggris bersama.
Namun diusianya yang masih sangat belia dan sebentar
lagi akan menamatkan bangku Sekolah Dasarnya, Enong terpaksa harus di drop out dari sekolahnya dengan alasan
yang begitu perih. Padahal Enong baru saja dibelikan Kamus Bahasa Inggris Satu Miliyar Kata oleh Ayahnya. Kamus itu
seakan menjadi semangat barunya dalam hidupnya. Tapi takdir berkata lain.
Zamzani, lelaki penyayang itu telah pergi meninggalkan Enong, Syalimah, dan
ketiga adiknya dengan begitu cepat bak petir disiang bolong. Ia meninggal
dengan cara yang begitu tragis dan memilukan.
Setelah sebulan kepergian Zamzani, persediaan beras
pun telah habis dan memaksa Syalimah untuk berhutang pada tetangga demi
menyambung hidup. Enong yang merupakan anak sulung terdorong hatinya untuk
menggantikan posisi sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Sebenarnya dia
tak ingin menghentikan langkahnya untuk menuntut ilmu. Namun keadaan seakan
memaksa Enong untuk mencari uang demi mengisi perut yang kosong. Ibunya sendiri
sebenarnya tak rela Enong berhenti sekolah, tapi ia juga tak memiliki keahlian
apapun untuk bekerja dan tak kuasa untuk meninggalkan ketiga adik Enong yang
masih sangat kecil.
Pergilah Enong ke Tanjong Pandan dengan berjuta
harapan agar kelak segera mendapatkan pekerjaan disana. Linangan air mata pun
tak dapat dibendung dari keluarga kecil itu mengiringi kepergian Enong untuk
merantau ke kota. Sesampainya disana, dan tak seperti yang diharapkan Enong
sungguh sulit mendapatkan pekerjaan. Ia pontang panting kesana kemari
menawarkan jasa dan tenaganya namun terus mendapatkan penolakan karena fisik
Enong yang terlihat begitu lemah dan lusu. Namun ia tak juga mau berputus asa tapi
tetap saja tak yang mau menerimanya disana. Tibalah ia di toko kelontong yang
tampak seperti akan bangkrut. Enong pun mencoba untuk sekali lagi menawarkan
jasanya, tapi pemilik toko malah
memberinya uang ongkos pulang ke kampung. Akhirnya, kembalilah dia ke kampung
halamannya.
Di dalam kisah lain yang diceritakan oleh Andrea
Hirata, ada seorang detektif swasta yang cukup cerdas dalam menyelesaikan suatu
masalah walaupun ia pernah beberapa kali tak naik kelas dan akhirnya berhenti
sekolah saat SD. Lelaki itu bernama detektif M. Nur. Pembawaannya yang ramah
dan humoris, membuatnya amat populer dikampungnya. Dia selalu dapat menyelesaikan
kasus-kasus mulai dari hal kecil sampai dengan sesuatu yang rumit. Selain ahli
dalam hal penyelidikan, ia juga memiliki keahlian lain yang jarang dimiliki
oleh seseorang yaitu dapat melatih burung Merpati. Detektif M.Nur juga memiliki
ciri khas bertubuh kecil, kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil,
alisnya tebal, dan sering mengendus “nges, nges”.
Detektif M. Nur memiliki sahabat yang sungguh malang
nasibnya. Lelaki yang satu ini sedang berada dalam keadaan yang sungguh
menyiksa batin dan perasaannya. Namanya ikal. Orangnya pendek, rambutnya ikal
seperti namanya. Ikal sedang sangat merindukan ayahnya namun juga sangat kecewa
terhadap ayahnya. Ini semua bermula karena ayahnya tak pernah menaruh setuju
padanya menyukai seorang gadis Tionghoa bernama A Ling. Padahal bagi Ikal, A
Ling adalah segalanya. Ikal sungguh mencintai dan menyayangi A Ling dengan
tulus. Bahkan Ikal akan melakukan apapun agar gadis Tionghoa itu selalu senang
dan bahagia.
Akhirnya karena tidak terima akan seluruh penolakan
dari sang ayah, Ikal memutuskan untuk pergi dari rumah dan akan pergi
meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta. Dan selama pelariannya sebelum
bertolak ke Jakarta, Ikal menumpang di rumah kawannya, Mapangi. Sudah banyak
yang datang padanya untuk mengajaknya pulang ke rumah, tapi ia tak ingin pulang.
Setiap malam tiba, ia kesulitan tidur karena selalu mengingat wajah ayahnya
yang selalu terbayang-bayang dalam pikirannya. Apalagi hal bodoh yang ia
lakukan karena sesuatu yang absurd,
yaitu Cinta. Cinta kepada seorang gadis Tionghoa yang jelas-jelas berbeda
keyakinan dengannya.
Dengan tiba-tiba Detektif M. Nur mengabarkan kepada
Ikal bahwa A Ling, kekasihnya telah dilamar oleh seorang pemilik toko penjual
gula merah dan tembakau bernama Zinar. Tambah meradanglah hati Ikal mendengar
kabar buruk tersebut. Akhirnya, apapun akan dilakukan oleh Ikal agar membuat
kekasih hatinya itu jatuh kedalam pelukannya kembali. Termasuk melakukan
hal-hal yang sedikit tak waras dan diluar akal sehat manusia normal.
Setelah kembali dari Tanjong Pandan, Enong kembali
merasakan hal yang memilukan. Ia begitu sedih melihat adik-adiknya yang
terpaksa harus putus sekolah karena tak bisa membayar iuran sekolah. Enong pun
semakin merasa bersalah karena sebagai anak tertua, ia belum juga bisa
mendapatkan uang untuk ibunya. Ditengah lamunan panjangnya sore itu, secara
tiba-tiba Enong mengambil sepeda dan mengayuhnya menuju sebuah Danau yang
terletak tak jauh dari rumahnya. Disana ia melamun dan memangis. Ia sudah
merasa hampir putus asa akan keadaannya saat ini. Ketika duduk di tepi danau
dipandanginya dirinya yang menangis sedih. Namun kemilau kuarsa dari dasar
sungai membuatnya memiliki ide yang begitu ceremerlang.
Sepulangnya dari Danau, ia langsung mengambil pacul
dan dulang milik ayahnya dulu. Lekas ia kembali ke Danau tersebut and langsung
mencangkul tanah layaknya pendulang
timah. Enong terus mencangkul dan mencangkul dengan penuh semangat dan tak
sadar separuh dari tubuhnya terendam di air lumpur. Dan pada saat itulah
pendulang timah perempuan pertama telah lahir. Enong begitu bahagia mendapatkan
pekerjaan barunya yang tak mengharuskannya bermake up tebal dengan lipstick
merah merona di bibir. Ia hanya harus mencangkul untuk mendapatkan sebuah timah
lalu dijual dan mendapatkan uang.
Keesokan harinya, Enong memulai lagi aktifitas
barunya yaitu mendulang timah. Kampung yang di tinggali Enong memang terkenal
sebagai salah satu penghasil timah terbesar di Indonesia. Hal itu diketahui
karena sejak zaman Belanda menjajah Indonesia, pihak belanda lah yang
habis-habisan mengeruk seluruh isi perut bumi yang ada disana. Mereka mengeruk
timah dengan alat berat yang sungguh canggih. Hingga sekali beroperasi akan
mengangkut berton-ton timah.
Sedangkan pekerja-pekerja belanda saat itu adalah
pemuda-pemuda yang ada dikampung Enong. Dulu, sejak jam 2 subuh mereka sudah
harus bekerja di tambang untuk mengeruk timah. Hingga sudah sejak dulu
diketahui bahwa mata pencaharian di Belitong adalah mendulang timah bahkan
hingga sekarang. Namun mencari timah saat ini sangatlah sulit. Itu disebabkan
karena lapisan paling atasnya telah habis dikeruk oleh belanda pada zaman dulu.
Sehingga dibagian atas hanya ada butiran-butiran pasir atau timah-timah dengan
kualitas buruk yang rendah harganya apabila di jual.
Impian Enong untuk kursus bahasa inggris tak pernah
ia lupakan. Walaupun ia bekerja sebagai pendulang timah, ia tetap menyempatkan
diri untuk membuka Kamus Bahasa Inggris
Satu Miliyar Kata miliknya. Enong terus belajar secara otodidak semampunya.
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah majalah Muhammadiyah tercecer disebuah
warung. Ketika hendak membuka dan melihat-lihat isinya, tak sengaja ia
menemukan kolom sahabat pena yang sedang mencari sahabat dan Enong pun tertarik
untuk menjadi sahabatnya. Merekapun akhirnya menjadi sahabat pena yang saling
mengirim dan membalas surat satu sama lain. Di dalam surat pun mereka saling
bercerita tentang keadaan dan masalah masing-masing. Mereka mencurahkan isi
hati mereka dan saling menguatkan satu sama lain.
Enong selalu diberi brosur-brosur penawaran barang
oleh pak pos di kantor pos tempat ia selalu mengirimkan suratnya. Semua jenis
iklan dalam brosur itu selalu ia terima dan simpan. Koleksi yang paling Enong
suka adalah brosur kamus-kamus bahasa inggris terbaru. Ia selalu bercita-cita
untuk membeli semua kamus bahasa inggris yang ia sukai sehingga Enong lebih
pintar dalam berbahasa inggris.
Hingga suatu hari ikal bertemu dengan Enong.
Sebenarnya mereka tak saling kenal, namun Ikal mengertahui Enong lewat cerita-cerita
orang lain tentang Enong sang pendulang timah perempuan pertama di Belitong. Saat
itu enong kesulitan mengartikan kata berbahasa inggris yang yang ditulis
sahabat penanya dalam surat. Ikal pun langsung mengartikan kata tersebut. Enong
yang saat itu mendengar jawaban dari Ikal langsung menuliskan kata tersebut
dalam buku tulisnya. Enong sungguh kagum pada Ikal yang ternyata bisa berbahasa
inggris.
Setelah itu perbincangan antara keduanya pun dimulai
termasuk mengutarakan keinginan Enong untuk mengikuti kursus bahasa inggris di
Tanjong Pandan. Ikal dan Detektif M. Nur ingin menemani Enong untuk mendaftar
di tempat kursus tersebut. Walaupun Enong tak tamat SD dan hanya menjadi
pendulang timah, semangatnya dalam belajar bahasa Inggris sangatlah besar. Ia
tak pernah malu dan mudah putus asa akan ujian yang dialaminya. Baginya,
sesuatu yang tidak mungkin harus ia taklukan.
Setelah bersama-sama berangkat dan sampai di Tanjong
Pandan, mereka langsung mendaftarkan Enong dan menanjutkan perjalanan ke
Jakarta melalui kapal Mualim Syahbana. Kapal tersebut akan berangkat besok
pagi. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di losmen dekat pelabuhan. Keesokan
paginya, setelah berjalan cukup jauh menuju pelabuhan dengan tegas mereka
mengatakan takkan ikut ke Jakarta bersama Mualim Syahbana dan memutuskan untuk
kembali ke kampung dengan alasan A Ling dan Jose Rizal.
Karena cinta matinya kepada gadis Tionghoa bernama A
Ling itu, Ikal rela melakukan apa saja agar dapat menyingkirkan Zinar yang
telah merebut pujaan hatinya itu. Segala pertandingan 17 Agustus-an ia ikuti
untuk mengalahkan pria berperawakan tinggi dan tampan itu. Namun apalah daya,
semua pertandingan yang ia ikuti selalu gagal. Sampai-sampai ia juga pernah
memakai alat peninggi badan yang hampir merenggut nyawanya. Karena merasa telah
kalah saing dengan Zinar, akhirnya dengan berat hati Ikal pun memutuskan untuk
pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan melupakan segala kenangan indahnya
bersama A Ling.
Namun dalam hal yang tak terduga, tiba-tiba gadis
Tionghoa itu muncul dihadapan Ikal dan menjelaskan bahwa ia tidak pernah
bertunangan dengan Zinar melainkan membantu keluarga Zinar mempersiapkan
perkawinan Zinar dengan calon istrinya. Betapa bahagia hati Ikal mendengar
penjelasan dari A Ling. Sebelum pergi, A Ling juga memberikan undangan pernikahan
Zinar lalu berlalu.
Keesokan harinya, Detektif M. Nur mengungkapkan
perasaan bersalahnya kepada Ikal melalui Jose Rizal. Ia juga meminta maaf atas
kekeliruan informasi yang ia berikan waktu itu. Namun Ikal sama sekali tak
marah dan memaafkan sahabatnya tersebut. Ikal begitu bahagia karena telah berhasil
menemukan kembali pujaan hatinya, A Ling.
Di dalam novel Padang
Bulan ini, banyak sekali kelebihan yang luar biasa. Salah satunya yaitu
bagaimana seorang Andrea Hirata menyatukan dua tokoh Enong dan Ikal beserta
sahabatnya dengan rangkaian cerita yang tak terduga. Lalu, didalamnya juga
diceritakan bagaimana perjuangan seorang gadis kecil dalam memperjuangkan
kehidupan keluarganya yang dapat membawa kita dalam suasana haru biru nan
menyedihkan. Dikemas pula cerita-cerita gila
ikal dan sahabatnya Detektif M. Nur yang membuat kita tertawa dan terbahak atas
kelakuan-kelakuan aneh mereka. Cerita yang disajikan pun sangat menarik dan
penuh emosi.
Ditambah dengan pengenalan-pengenalan kebudayaan
disuatu daerah yaitu di Pulau Belitong, Tanjong Pandan, dan Tanjung Pinang yang
membuat cerita tersebut tidak monoton. Selain
itu, Novel Padang Bulan ini memiliki ragam gaya bahasa yang unik.
Andrea Hirata menggunakan bahasa puisi, Melayu, dan Indonesia. Namun juga menyelipkan
istilah-istilah bahasa Inggris sehingga tampak indah walaupun ada sebagian
kalimat yang tidak langsung dapat dipahami
sehingga harus diterjemahkan terlebih dulu barulah dimengerti.
Selain banyak kelebihan didalam cerita tersebut,
namun ada juga sedikit kekurangan. Salah satunya yaitu jika kita berfikir
secara logika, sepertinya tidak ada gadis kecil seperti Enong yang begitu kuat
mendulang Timah. Hal itu dikarenakan tubuh Enong yang begitu kecil dan telah
dijelaskan bahwa didaerah tambang timah tersebut sudah jarang ditemukan timah
kualitas bagus dibagian permukaannya. Selain itu, jika kita membandingkan
dengan kehidupan saat ini, tentu tak ada lagi pria seperti Ikal yang begitu
setia mencintai A Ling dengan tulus dalam jangka waktu belasan tahun dan bahkan
hingga berani menentang kedua orang tuanya demi gadis Tionghoa itu.
Andrea Hirata memang menyebut novel tulisannya
biasa-biasa saja, tapi bagi para pembaca, novel ini sungguh mengagumkan. Bahkan
dengan membaca Novel ini kita bisa membayangkan bagaimana keadaan pulau
Belitong tanpa harus pergi langsung kesana. Dengan kata-kata indah dari Andrea,
kita dapat memetik banyak pelajaran dari pengalaman tokoh yang diceritakan. Dua
kata untuk Padang Bulan: Luar Biasa. Novel ini disarankan untuk semua kalangan,
baik bagi Anda yang sedang jatuh cinta, patah hati, bahagia, sedih, susah, ataupun
senang. Karena buku ini adalah sebuah gudang semangat, gudang cinta untuk
Indonesia, dan untuk dunia.
No comments:
Post a Comment