Thursday, April 4, 2013

Resensi Novel Padang Bulan


Hidup Tak Semudah yang Dibayangkan
Oleh: Fadhilah

Judul               : Padang Bulan
Penulis             : Andrea Hirata
Penerbit           : Bentang Pustaka
Tebal buku      : +310 Halaman; 20,5 cm.



Andrea Hirata adalah seorang penulis buku fenomenal yang cukup terkenal di Indonesia lewat novel pertamanya yaitu Laskar pelangi yang diterbitkan 2006 silam. Novel tersebut bahkan telah beredar jutaan copy baik dalam bentuk bahasa Indonesia maupun dalam bentuk bahasa inggrisnya. Andrea Hirata tak hanya terkenal dan mendapat banyak penghargaan di Indonesia saja, namun ia juga mendapatkan banyak penghargaan dan apresiasi dari luar negeri karena kepiawaiannya dalam membawa pembaca tenggelam dalam cerita yang ia tulis. Selain novel pertama dari tetralogi Laskar Pelangi, novel-novel lain yang telah ia tulis adalah novel kedua, ketiga dan keempat dari tetralogi Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Setelah tuntas menyelesaikan keempat novel fenomenal diatas, Andrea pun telah menyelesaikan lagi novel dwilogi Padang Bulan-nya yaitu Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas yang juga tak kalah fenomenal dari novel-novel sebelumnya. Buku-buku yang ditulis Pria kelahiran Pulau Belitung, 24 Oktober 1982 ini selalu menjadi buku Mega bestseller di Indonesia sehingga tak heran banyak yang mengaguminya dan memburu novel karya tulisannya untuk dibaca bahkan tak jarang juga dijadikan sebagai koleksi bacaan dirumah.
Novel Padang Bulan ini diawali oleh kisah cinta suci Zamzani dan Syalimah. Mereka adalah kedua orang tua Enong yang bertemu waktu pengajian ketika mereka masih remaja. Zamzani adalah seorang lelaki penyayang yang sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Ia bekerja sebagai pendulang timah. Anak sulung mereka bernama Enong. Walaupun tergolong murid yang cerdas di segala pelajaran, namun Enong begitu gemar akan pelajaran bahasa inggris dan selalu antusias ketika jam pelajaran itu tiba. Hal itulah yang mendorongnya bercita-cita mulia seperti bu Nizam yaitu menjadi seorang guru bahasa inggris. Dia juga memiliki beberapa teman dekat yang ternyata memiliki kegemaran yang serupa dan selalu berbicara tentang bahasa inggris bersama.
Namun diusianya yang masih sangat belia dan sebentar lagi akan menamatkan bangku Sekolah Dasarnya, Enong terpaksa harus di drop out dari sekolahnya dengan alasan yang begitu perih. Padahal Enong baru saja dibelikan Kamus Bahasa Inggris Satu Miliyar Kata oleh Ayahnya. Kamus itu seakan menjadi semangat barunya dalam hidupnya. Tapi takdir berkata lain. Zamzani, lelaki penyayang itu telah pergi meninggalkan Enong, Syalimah, dan ketiga adiknya dengan begitu cepat bak petir disiang bolong. Ia meninggal dengan cara yang begitu tragis dan memilukan.
Setelah sebulan kepergian Zamzani, persediaan beras pun telah habis dan memaksa Syalimah untuk berhutang pada tetangga demi menyambung hidup. Enong yang merupakan anak sulung terdorong hatinya untuk menggantikan posisi sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Sebenarnya dia tak ingin menghentikan langkahnya untuk menuntut ilmu. Namun keadaan seakan memaksa Enong untuk mencari uang demi mengisi perut yang kosong. Ibunya sendiri sebenarnya tak rela Enong berhenti sekolah, tapi ia juga tak memiliki keahlian apapun untuk bekerja dan tak kuasa untuk meninggalkan ketiga adik Enong yang masih sangat kecil.
Pergilah Enong ke Tanjong Pandan dengan berjuta harapan agar kelak segera mendapatkan pekerjaan disana. Linangan air mata pun tak dapat dibendung dari keluarga kecil itu mengiringi kepergian Enong untuk merantau ke kota. Sesampainya disana, dan tak seperti yang diharapkan Enong sungguh sulit mendapatkan pekerjaan. Ia pontang panting kesana kemari menawarkan jasa dan tenaganya namun terus mendapatkan penolakan karena fisik Enong yang terlihat begitu lemah dan lusu. Namun ia tak juga mau berputus asa tapi tetap saja tak yang mau menerimanya disana. Tibalah ia di toko kelontong yang tampak seperti akan bangkrut. Enong pun mencoba untuk sekali lagi menawarkan jasanya, tapi  pemilik toko malah memberinya uang ongkos pulang ke kampung. Akhirnya, kembalilah dia ke kampung halamannya.
Di dalam kisah lain yang diceritakan oleh Andrea Hirata, ada seorang detektif swasta yang cukup cerdas dalam menyelesaikan suatu masalah walaupun ia pernah beberapa kali tak naik kelas dan akhirnya berhenti sekolah saat SD. Lelaki itu bernama detektif M. Nur. Pembawaannya yang ramah dan humoris, membuatnya amat populer dikampungnya. Dia selalu dapat menyelesaikan kasus-kasus mulai dari hal kecil sampai dengan sesuatu yang rumit. Selain ahli dalam hal penyelidikan, ia juga memiliki keahlian lain yang jarang dimiliki oleh seseorang yaitu dapat melatih burung Merpati. Detektif M.Nur juga memiliki ciri khas bertubuh kecil, kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil, alisnya tebal, dan sering mengendus “nges, nges”.
Detektif M. Nur memiliki sahabat yang sungguh malang nasibnya. Lelaki yang satu ini sedang berada dalam keadaan yang sungguh menyiksa batin dan perasaannya. Namanya ikal. Orangnya pendek, rambutnya ikal seperti namanya. Ikal sedang sangat merindukan ayahnya namun juga sangat kecewa terhadap ayahnya. Ini semua bermula karena ayahnya tak pernah menaruh setuju padanya menyukai seorang gadis Tionghoa bernama A Ling. Padahal bagi Ikal, A Ling adalah segalanya. Ikal sungguh mencintai dan menyayangi A Ling dengan tulus. Bahkan Ikal akan melakukan apapun agar gadis Tionghoa itu selalu senang dan bahagia.
Akhirnya karena tidak terima akan seluruh penolakan dari sang ayah, Ikal memutuskan untuk pergi dari rumah dan akan pergi meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta. Dan selama pelariannya sebelum bertolak ke Jakarta, Ikal menumpang di rumah kawannya, Mapangi. Sudah banyak yang datang padanya untuk mengajaknya pulang ke rumah, tapi ia tak ingin pulang. Setiap malam tiba, ia kesulitan tidur karena selalu mengingat wajah ayahnya yang selalu terbayang-bayang dalam pikirannya. Apalagi hal bodoh yang ia lakukan karena sesuatu yang absurd, yaitu Cinta. Cinta kepada seorang gadis Tionghoa yang jelas-jelas berbeda keyakinan dengannya.
Dengan tiba-tiba Detektif M. Nur mengabarkan kepada Ikal bahwa A Ling, kekasihnya telah dilamar oleh seorang pemilik toko penjual gula merah dan tembakau bernama Zinar. Tambah meradanglah hati Ikal mendengar kabar buruk tersebut. Akhirnya, apapun akan dilakukan oleh Ikal agar membuat kekasih hatinya itu jatuh kedalam pelukannya kembali. Termasuk melakukan hal-hal yang sedikit tak waras dan diluar akal sehat manusia normal.
Setelah kembali dari Tanjong Pandan, Enong kembali merasakan hal yang memilukan. Ia begitu sedih melihat adik-adiknya yang terpaksa harus putus sekolah karena tak bisa membayar iuran sekolah. Enong pun semakin merasa bersalah karena sebagai anak tertua, ia belum juga bisa mendapatkan uang untuk ibunya. Ditengah lamunan panjangnya sore itu, secara tiba-tiba Enong mengambil sepeda dan mengayuhnya menuju sebuah Danau yang terletak tak jauh dari rumahnya. Disana ia melamun dan memangis. Ia sudah merasa hampir putus asa akan keadaannya saat ini. Ketika duduk di tepi danau dipandanginya dirinya yang menangis sedih. Namun kemilau kuarsa dari dasar sungai membuatnya memiliki ide yang begitu ceremerlang.
Sepulangnya dari Danau, ia langsung mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu. Lekas ia kembali ke Danau tersebut and langsung mencangkul  tanah layaknya pendulang timah. Enong terus mencangkul dan mencangkul dengan penuh semangat dan tak sadar separuh dari tubuhnya terendam di air lumpur. Dan pada saat itulah pendulang timah perempuan pertama telah lahir. Enong begitu bahagia mendapatkan pekerjaan barunya yang tak mengharuskannya bermake up tebal dengan lipstick merah merona di bibir. Ia hanya harus mencangkul untuk mendapatkan sebuah timah lalu dijual dan mendapatkan uang.
Keesokan harinya, Enong memulai lagi aktifitas barunya yaitu mendulang timah. Kampung yang di tinggali Enong memang terkenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di Indonesia. Hal itu diketahui karena sejak zaman Belanda menjajah Indonesia, pihak belanda lah yang habis-habisan mengeruk seluruh isi perut bumi yang ada disana. Mereka mengeruk timah dengan alat berat yang sungguh canggih. Hingga sekali beroperasi akan mengangkut berton-ton timah.
Sedangkan pekerja-pekerja belanda saat itu adalah pemuda-pemuda yang ada dikampung Enong. Dulu, sejak jam 2 subuh mereka sudah harus bekerja di tambang untuk mengeruk timah. Hingga sudah sejak dulu diketahui bahwa mata pencaharian di Belitong adalah mendulang timah bahkan hingga sekarang. Namun mencari timah saat ini sangatlah sulit. Itu disebabkan karena lapisan paling atasnya telah habis dikeruk oleh belanda pada zaman dulu. Sehingga dibagian atas hanya ada butiran-butiran pasir atau timah-timah dengan kualitas buruk yang rendah harganya apabila di jual.
Impian Enong untuk kursus bahasa inggris tak pernah ia lupakan. Walaupun ia bekerja sebagai pendulang timah, ia tetap menyempatkan diri untuk membuka Kamus Bahasa Inggris Satu Miliyar Kata miliknya. Enong terus belajar secara otodidak semampunya. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah majalah Muhammadiyah tercecer disebuah warung. Ketika hendak membuka dan melihat-lihat isinya, tak sengaja ia menemukan kolom sahabat pena yang sedang mencari sahabat dan Enong pun tertarik untuk menjadi sahabatnya. Merekapun akhirnya menjadi sahabat pena yang saling mengirim dan membalas surat satu sama lain. Di dalam surat pun mereka saling bercerita tentang keadaan dan masalah masing-masing. Mereka mencurahkan isi hati mereka dan saling menguatkan satu sama lain.
Enong selalu diberi brosur-brosur penawaran barang oleh pak pos di kantor pos tempat ia selalu mengirimkan suratnya. Semua jenis iklan dalam brosur itu selalu ia terima dan simpan. Koleksi yang paling Enong suka adalah brosur kamus-kamus bahasa inggris terbaru. Ia selalu bercita-cita untuk membeli semua kamus bahasa inggris yang ia sukai sehingga Enong lebih pintar dalam berbahasa inggris.
Hingga suatu hari ikal bertemu dengan Enong. Sebenarnya mereka tak saling kenal, namun Ikal mengertahui Enong lewat cerita-cerita orang lain tentang Enong sang pendulang timah perempuan pertama di Belitong. Saat itu enong kesulitan mengartikan kata berbahasa inggris yang yang ditulis sahabat penanya dalam surat. Ikal pun langsung mengartikan kata tersebut. Enong yang saat itu mendengar jawaban dari Ikal langsung menuliskan kata tersebut dalam buku tulisnya. Enong sungguh kagum pada Ikal yang ternyata bisa berbahasa inggris.
Setelah itu perbincangan antara keduanya pun dimulai termasuk mengutarakan keinginan Enong untuk mengikuti kursus bahasa inggris di Tanjong Pandan. Ikal dan Detektif M. Nur ingin menemani Enong untuk mendaftar di tempat kursus tersebut. Walaupun Enong tak tamat SD dan hanya menjadi pendulang timah, semangatnya dalam belajar bahasa Inggris sangatlah besar. Ia tak pernah malu dan mudah putus asa akan ujian yang dialaminya. Baginya, sesuatu yang tidak mungkin harus ia taklukan.
Setelah bersama-sama berangkat dan sampai di Tanjong Pandan, mereka langsung mendaftarkan Enong dan menanjutkan perjalanan ke Jakarta melalui kapal Mualim Syahbana. Kapal tersebut akan berangkat besok pagi. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat di losmen dekat pelabuhan. Keesokan paginya, setelah berjalan cukup jauh menuju pelabuhan dengan tegas mereka mengatakan takkan ikut ke Jakarta bersama Mualim Syahbana dan memutuskan untuk kembali ke kampung dengan alasan A Ling dan Jose Rizal.
Karena cinta matinya kepada gadis Tionghoa bernama A Ling itu, Ikal rela melakukan apa saja agar dapat menyingkirkan Zinar yang telah merebut pujaan hatinya itu. Segala pertandingan 17 Agustus-an ia ikuti untuk mengalahkan pria berperawakan tinggi dan tampan itu. Namun apalah daya, semua pertandingan yang ia ikuti selalu gagal. Sampai-sampai ia juga pernah memakai alat peninggi badan yang hampir merenggut nyawanya. Karena merasa telah kalah saing dengan Zinar, akhirnya dengan berat hati Ikal pun memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan melupakan segala kenangan indahnya bersama A Ling.
Namun dalam hal yang tak terduga, tiba-tiba gadis Tionghoa itu muncul dihadapan Ikal dan menjelaskan bahwa ia tidak pernah bertunangan dengan Zinar melainkan membantu keluarga Zinar mempersiapkan perkawinan Zinar dengan calon istrinya. Betapa bahagia hati Ikal mendengar penjelasan dari A Ling. Sebelum pergi, A Ling juga memberikan undangan pernikahan Zinar lalu berlalu.
Keesokan harinya, Detektif M. Nur mengungkapkan perasaan bersalahnya kepada Ikal melalui Jose Rizal. Ia juga meminta maaf atas kekeliruan informasi yang ia berikan waktu itu. Namun Ikal sama sekali tak marah dan memaafkan sahabatnya tersebut. Ikal begitu bahagia karena telah berhasil menemukan kembali pujaan hatinya, A Ling.
Di dalam novel Padang Bulan ini, banyak sekali kelebihan yang luar biasa. Salah satunya yaitu bagaimana seorang Andrea Hirata menyatukan dua tokoh Enong dan Ikal beserta sahabatnya dengan rangkaian cerita yang tak terduga. Lalu, didalamnya juga diceritakan bagaimana perjuangan seorang gadis kecil dalam memperjuangkan kehidupan keluarganya yang dapat membawa kita dalam suasana haru biru nan menyedihkan. Dikemas pula cerita-cerita gila ikal dan sahabatnya Detektif M. Nur yang membuat kita tertawa dan terbahak atas kelakuan-kelakuan aneh mereka. Cerita yang disajikan pun sangat menarik dan penuh emosi.
Ditambah dengan pengenalan-pengenalan kebudayaan disuatu daerah yaitu di Pulau Belitong, Tanjong Pandan, dan Tanjung Pinang yang membuat cerita tersebut tidak monoton. Selain  itu, Novel Padang Bulan  ini memiliki ragam gaya bahasa yang unik. Andrea Hirata menggunakan bahasa puisi, Melayu, dan Indonesia. Namun juga menyelipkan istilah-istilah bahasa Inggris sehingga tampak indah walaupun ada sebagian kalimat yang tidak  langsung dapat dipahami sehingga harus diterjemahkan terlebih dulu barulah dimengerti.
Selain banyak kelebihan didalam cerita tersebut, namun ada juga sedikit kekurangan. Salah satunya yaitu jika kita berfikir secara logika, sepertinya tidak ada gadis kecil seperti Enong yang begitu kuat mendulang Timah. Hal itu dikarenakan tubuh Enong yang begitu kecil dan telah dijelaskan bahwa didaerah tambang timah tersebut sudah jarang ditemukan timah kualitas bagus dibagian permukaannya. Selain itu, jika kita membandingkan dengan kehidupan saat ini, tentu tak ada lagi pria seperti Ikal yang begitu setia mencintai A Ling dengan tulus dalam jangka waktu belasan tahun dan bahkan hingga berani menentang kedua orang tuanya demi gadis Tionghoa itu.
Andrea Hirata memang menyebut novel tulisannya biasa-biasa saja, tapi bagi para pembaca, novel ini sungguh mengagumkan. Bahkan dengan membaca Novel ini kita bisa membayangkan bagaimana keadaan pulau Belitong tanpa harus pergi langsung kesana. Dengan kata-kata indah dari Andrea, kita dapat memetik banyak pelajaran dari pengalaman tokoh yang diceritakan. Dua kata untuk Padang Bulan: Luar Biasa. Novel ini disarankan untuk semua kalangan, baik bagi Anda yang sedang jatuh cinta, patah hati, bahagia, sedih, susah, ataupun senang. Karena buku ini adalah sebuah gudang semangat, gudang cinta untuk Indonesia, dan untuk dunia.

No comments:

Post a Comment